NILAI-NILAI ADAT
Oleh:ALFI ASYURA
baru saja menyurukkan wajahnya. Tak lama berselang, temaram cahaya
membungkus nagari yang di tengahnya tampak dari jejauhan sebuah surau
berdiri tegap yang usianya mungkin sama dengan usia nagari itu.
Orang-orang mengalir seolah tertumpah ke
dari pengeras suara yang kurang terawat. Magrib pun masuk. Malam
itu, beberapa waktu lalu, masyarakat Nagari Padang Bintungan, Kecamatan
Nan Sabaris, Kabapaten Padangpariaman, Provinsi Sumatra Barat—sekitar
60 km dari Kota Padangsejak Magrib telah memadati surau yang tidak
demikian besar itu. Masyarakat dari kampung yang berdekatan juga sudah
tampak berdatangan: ada yang sengaja singgah di lapau (kedai) dan ada
pula yang langsung menuju surau. Laki laki-perempuan, tua-muda, dan
anak-anak, semua satu tujuan: melihat kesenian baindang. Nagari Padang Bintungan memang sedang berhelat. Mereka menyebutnya Alek Nagari. Malam itu akan tampil seni indang.
(tiga segi) yang akan bermain indang, yaitu indang Sikabu dari Nagari
Lubuak Aluang, Toboh Parupuak dari Nagari Toboh Gadang, dan indang
Bayua dari Nagari Pauh Kamba. Semuanya dari Kapupaten Padangpariaman. Malam terus bergerak, tak lama terdengar dari pengeras suara surau tadi dendang pemain indang: Piaman tadanga langang, baindang mangkonyo rami, tuan kanduang tadanga sanang, bao tompanglah badan kami. (Pariaman terdengan lengang, berindang makanya ramai, saudara terdengar senang, bawa jua badan kami). Demikianlah
masyarakat kecil merayakan sekaligus merawat seni dan budayanya dengan
cara mereka sendiri. Tak ada seremonial seperti festival-festival seni
yang digelar di kota-kota. Tak ada pejabat yang berpidato dengan janji
melestarikan budaya dan seni. Mareka menghidupi seni dan budaya itu
berangkat dari ketulusan hati dan ikhlas. Tak ada tendensi material.
Walau eksistensi seni tradisi itu berada dalam ancaman organ tunggal,
tapi ia tetap kokoh. Karena masyarakat sebagai pemiliknya, menjaga dan
menumpahkan perhatian. “Seni
indang ini akan tetap hidup di tengah masyarakat, walau pemerintah
kurang menyokongnya. Indang berfungsi memberikan ajaran agama Islam,
sopan santun, dan nilai-nilai adat. Anak nagari terus bermain di
surau-surau dan menjaganya agat seni mereka tak punah,” kata H Umar
Datuak Alaiyah Cumano, salah tetua indang dan tokoh masyarakat Nagari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar