Powered By Blogger

welcome

welcome di website pribadi ALFI ASYURA
zwani.com myspace graphic comments




e-mail : alfi_aja1989@yahoo.co.id atau alfi.asyura@gmail.com
friendster : alfi89@gmail.com




anda boleh membaca blog ini dan mengcopy nya..selamat membaca..

Sabtu, 17 Mei 2008

NILAI-NILAI ADAT

Oleh:ALFI ASYURA

baru saja menyurukkan wajahnya. Tak lama berselang, temaram cahaya

membungkus nagari yang di tengahnya tampak dari jejauhan sebuah surau

berdiri tegap yang usianya mungkin sama dengan usia nagari itu.

Orang-orang mengalir seolah tertumpah ke sana. Suara bilal melantun

dari pengeras suara yang kurang terawat. Magrib pun masuk. Malam

itu, beberapa waktu lalu, masyarakat Nagari Padang Bintungan, Kecamatan

Nan Sabaris, Kabapaten Padangpariaman, Provinsi Sumatra Barat—sekitar

60 km dari Kota Padangsejak Magrib telah memadati surau yang tidak

demikian besar itu. Masyarakat dari kampung yang berdekatan juga sudah

tampak berdatangan: ada yang sengaja singgah di lapau (kedai) dan ada

pula yang langsung menuju surau. Laki laki-perempuan, tua-muda, dan

anak-anak, semua satu tujuan: melihat kesenian baindang. Nagari Padang Bintungan memang sedang berhelat. Mereka menyebutnya Alek Nagari. Malam itu akan tampil seni indang. Ada indang tigo sagi

(tiga segi) yang akan bermain indang, yaitu indang Sikabu dari Nagari

Lubuak Aluang, Toboh Parupuak dari Nagari Toboh Gadang, dan indang

Bayua dari Nagari Pauh Kamba. Semuanya dari Kapupaten Padangpariaman. Malam terus bergerak, tak lama terdengar dari pengeras suara surau tadi dendang pemain indang: Piaman tadanga langang, baindang mangkonyo rami, tuan kanduang tadanga sanang, bao tompanglah badan kami. (Pariaman terdengan lengang, berindang makanya ramai, saudara terdengar senang, bawa jua badan kami). Demikianlah

masyarakat kecil merayakan sekaligus merawat seni dan budayanya dengan

cara mereka sendiri. Tak ada seremonial seperti festival-festival seni

yang digelar di kota-kota. Tak ada pejabat yang berpidato dengan janji

melestarikan budaya dan seni. Mareka menghidupi seni dan budaya itu

berangkat dari ketulusan hati dan ikhlas. Tak ada tendensi material.

Walau eksistensi seni tradisi itu berada dalam ancaman organ tunggal,

tapi ia tetap kokoh. Karena masyarakat sebagai pemiliknya, menjaga dan

menumpahkan perhatian. “Seni

indang ini akan tetap hidup di tengah masyarakat, walau pemerintah

kurang menyokongnya. Indang berfungsi memberikan ajaran agama Islam,

sopan santun, dan nilai-nilai adat. Anak nagari terus bermain di

surau-surau dan menjaganya agat seni mereka tak punah,” kata H Umar

Datuak Alaiyah Cumano, salah tetua indang dan tokoh masyarakat Nagari

Padang Bintungan..

Tidak ada komentar: