Powered By Blogger

welcome

welcome di website pribadi ALFI ASYURA
zwani.com myspace graphic comments




e-mail : alfi_aja1989@yahoo.co.id atau alfi.asyura@gmail.com
friendster : alfi89@gmail.com




anda boleh membaca blog ini dan mengcopy nya..selamat membaca..

Minggu, 30 November 2008



Mahasiswa Kontemporer

Dalam kehidupan bangsa Indonesia, pergerakan mahasiswa telah menjadi sebuah kekuatan dalam menyonsong perubahan. Hal ini dapat kita lihat bila kita mengingat pergerakan mahasiswa pada tahun 1965-1966 ketika berhasil menuntut pembubaran PKI yang akhirnya membuat pemerintahan Soekarno jatuh dan selanjutnya digantikan oleh pemerintahan Soeharto. Pada awalnya Soeharto mengijinkan adanya gerakan dari mahasiswa namun sejak peristiwa malari, Soeharto mengeluarkan perturan yang melarang gerakan mahasiswa keluar dari kampus. Mulai saat itu setiap kebijakan Soeharto menjadi sulit untuk diawasi oleh mahasiswa bahkan Soeharto cenderung menggunakan pendekatan yang bersifat koersif seperti yang dilakukan oleh Soeharto lewat kekuatan militer. Contohnya adalah ketika ABRI melakukan pemukulan terhadap mahasiswi UI ketika Jendral A.H Nasution berpidato di kampus UI salemba pada tahun 1980. Pemerintahan orde baru yang otoriter terus terjadi hingga akhirnya pada tahun 1998, pemerintahan Soeharto dengan orde baru-nya berhasil digulingkan oleh mahasiswa setelah terjadi kerusuhan masal dan terjangan badai krisis ekonomi. Amien Rais berpendapat “mahasiswa sudah sampai ambang batas kesabaran melihat terlalu senjangnya apa yang didengar dengan yang dilihat. Mereka mendengar slogan-slogan bagus dai petinggi di negeri ini tentang pemerintahan yang bersih dan berwibawa, kepedulian terhadap rakyat. Namun, kenyataannya, bertentangan dengan apa yang terjadi. Mereka melihat pamer kemewahan dari para petinggi. Ini bertentangan dengan harapan-harapan mereka. Karena itu harus dilakukan rekonstruksi mental supaya kemunafikan itu bisa dikikis.

Sejarah telah membuktikan bahwa pergerakan mahasiswa berhasil membawa kehidupan yang lebih baik termasuk saat merubah orde lama ke orde baru dan saat membawa orde baru ke zaman reformasi. Namun hal ini yang menjadi ironi ketika para mahasiswa angkatan 1966 dan 1998 harus gugur dalam unjuk rasa dalam melakukan perjuangan untuk membawa bangsa Indonesia yang lebih baik tetapi di satu sisi lain pergerakan mahasiswa setelah berhasil menggulingkan Soeharto, secara kualitas dan kuantitas mengalami penurunan. Pergerakan mahasiswa saat ini seperti hanya menjalankan sebuah rutinitas dan terperangkap dalam romantisme pergerakan masa lalu.

Pengertian mengenai pergerakan mahasiswa hanya sebagai rutinitas adalah pergerakan mahasiswa saat ini seperti ingin mencoba mengikuti pergerakan mahasiswa sebelumnya tanpa memiliki ruh yang jelas dalam visi, misi, maupun platform gerakan. Pergerakan mahasiswa saat ini hanya seperti pergerakan yang didorong atas dorongan ingin melanjutkan rutinitas dari pergerakan mahasiswa masa lalu. Hal tersebut berdampak pada mandulnya pergerakan mahasiswa dalam melakukan berbagai advokasi peningkatan kesejahteraan rakyat. Pergerakan mahasiswa terperangkat pada jargon mahasiswa sebagai penghubung antara pemerintah dan masyarakat, tanpa mengetahui kondisi real dari masyarakat dan pemerintah itu sendiri. Hal tersebut menjadi ironi karena kita menjadi penghubung diantara dua “benda” yang tidak kita ketahui karakteristiknya. Keadaan tersebut justru pada akhirnya menurunkan kredibilitas dari pergerakan mahasiswa. Menurunya kredibilitas dari pergerakan mahasiswa dapat kita lihat dari berbagai opini yang ada di masyarakat dalam melihat pergerakan mahasiswa. Pergerakan mahasiswa hanya dipandang sebagai sebuah elemen dekonstruktif dalam pembentukan sistem negara Indonesia.

Pergerakan mahasiswa juga terlalu terperangkap pada romantisme pergerakan mahasiswa masa lalu. Walaupun harus kita akui bahwa pergerakan mahasiswa pada masa-masa lalu memberikan inspirasi dalam pergerakan mahasiswa saat ini, namun tidak dapat kita pungkiri bahwa romantisme pergerakan tersebut membuat pergerakan mahasiswa menjadi tumpul. Paradigma yang muncul dari beberapa aktivis mahasiswa saat ini adalah kekuatan masif dan aksi demonstrasi akan dapat efektif dalam melakukan advokasi seperti pada masa-masa yang lalu ketika berhasil menggulingkan Suharto. Namun, menurut saya, paradigma tersebut yang seharusnya sedikit dikoreksi. Senjata dari pergerakan mahasiswa jangan hanya dari kekuatan masif dan aksi di jalan seperti yang dilakukan oleh mahasiswa pada tahun 66 maupun 98 ketika mampu menumbangkan rezim, tetapi kita juga harus mencari alternatif senjata lain dalam melakukan sebauh advokasi. Analogi yang cocok adalah :

“Pada masa-masa sebelum tahun 1945, bangsa Indonesia dapat melakukan perlawanan terhadap penjajah dengan hanya menggunakan bambu runcing. Namun, apakah Indonesia mampu melakukan perlawan terhadap penjajah saat ini (sebagai contoh AS, sebagai negara dengan militer terkuat) hanya dengan bambu runcing ketika penjajah menggunakan WMD? Walaupun pada masa lalu bangsa Indonesia mampu melakukan perlawanan terhadap penjajah hanya dengan bambu runcing, apakah hal tersebut tetap realistis pada masa kini ketika teknologi militer sudah berkembang dengan pesat?

Esensi dari analogi diatas adalah dalam melakukan perlawan, kita harus melihat kondisi kontemporer di lapangan. Kita tidak bisa hanya mengandalkan “bambu runcing” (walaupun itu terbukti berhasil di masa lalu) ketika kita menghadapi “WMD”. Hal tersebut yang membuat kita harus keluar dari strait jacket romatisme pergerakan mahasiswa di masa yang lalu. Kita harus membuka mata bahwa kondisi di masa lalu berbeda dengan kondisi di saat ini. Hal tersebut membuat perlu adanya sebuah pemberdayaan instrumen-instrumen lain dalam pergerakan mahasiswa. Justru ketika kita tetap terus menggunakan aksi jalan sebagai senjata pamungkas kita,[2] maka yang terjadi adalah masyarakat akan antipati dengan kita. Ketika kita merubah paradigma bahwa “aksi pamungkas” adalah aksi di jalan, kita mungkin akan dapat lebih berharap akan adanya sebuah perbaikan di negara ini yang semakin terpuruk.

Tidak ada komentar: