Powered By Blogger

welcome

welcome di website pribadi ALFI ASYURA
zwani.com myspace graphic comments




e-mail : alfi_aja1989@yahoo.co.id atau alfi.asyura@gmail.com
friendster : alfi89@gmail.com




anda boleh membaca blog ini dan mengcopy nya..selamat membaca..

Minggu, 30 November 2008


Kondisi Masyarakat dan Pemerintah Saat Ini.

Kondisi masyarakat dalam orientasi politik praktis mengalami perubahan setelah jatuhnya rezim Suharto atau tepatnya ketika reformasi mulai bergulir di bumi nusantara. Pada awal masa reformasi terjadi beberapa perubahan yang membuat banyak orang berpendapat bahwa Indonesia menjadi lebih domokratis, dimana muncul partai-partai baru dan sebagainya. Memang, munculnya partai-partai baru tersebut membuat Indonesia lebih demokratis karena salah satu syarat demokrasi adalah adanya partai politik. Selain itu banyak yang berpendapat bahwa kehidupan Indonesia pada awal masa reformasi memperlihatkan sebuah kehidupan yang demokratis hal itu terlihat pada fenomena saat itu seperti adanya kebesan pers dan kebebasan mendirikan partai, berjalannya sistem cek and balances, dan terselengaranya pemilu yang dapat dikatakan berjalan demokratis.

Namun, penulis beranggapan bahwa kehidupan demokrasi yang terjadi di Indonesia adalah sebuah demokrasi semu yang tidak lebih dari sebuah omong kosong. Hal itu disebabkan karena demokrasi tidak disertai dengan terpenuhinya hak dasar warga negara yaitu hak ekonomi sosial budaya dan hak sipol secara sinergis. Padahal demokrasi menjamin hak-hak setiap manusia. Sehingga seharusnya hak sipol dapat berjalan sinergis dengan hak ekosob. Namun yang terjadi hak sipol berjalan sendirian tanpa adanya pemenuhan hak ekosob. Hal tersebut juga pada akhirnya akan membuat hak sipol tidak dapat berjalan. Bentuk seperti ini dapat kita lihat pada kehidupan politik saat ini, dimana banyaknya money politic. Menurut penulis hal itu terjadi karena tidak adanya pemenuhan hak ekosob. Rakyat yang lapar karena tidak terpenuhnya hak ekosob dengan mudahnya dimobilisasi oleh partai tertentu dengan imbalan uang. Gejala tersebut menjadi hal yang lumrah pada masa kini yang disebabkan karena tidak adanya pemenuhan yang sinergis dari hak sipol dan hak ekosob. Sehingga demokrasi yang berlangsung di Indonesia saat ini adalah sebuah demokrasi yang semu. Demokrasi di Indonesia hanya terlihat indah dari luar namun di dalamnya kehidupan demokrasi di Indonesia masih jauh dari yang kita harapkan dimana berlangsungnya kehidupan yang sangat demokratis. Tidak semua rakyat Indonesia merasakan kehidupan politik yang demokratis.

Efek yang ditimbulkan dari demokrasi semu tersebut dapat kita lihat dari kecilnya kesadaran politik. Fakta itu kita dapat kita rasakan ketika jumlah golput pada pilkada DKI hampir melebihi jumlah suara yang didapat oleh pasangan yang memenangkan pilkada yaitu pasangan Fauzi Bowo-Priyanto. Fakta terbaru dapat kita lihat dari pilkada Bekasi dan Tangerang dimana kondisinya hampir sama dengan pilkada Gubernur Jakarta yang minim akan partisipasi politik. Walaupun di daerah, jumlah golput tidak sebesar di perkotaan, tetapi siapa yang dapat menjamin bahwa mereka yang menggunakan suaranya pada pilkada di daerah, benar-benar menggunakan suaranya karena hati nurani bukan karena iming-iming imbalan dan sebagainya, ketika demokrasi semu masih menyelimuti Indonesia. Kondisi menggelikan dari masyarakat juga dapat kita lihat dari pilkada Tangerang, dimana masyarakat hanya memilih calon hanya karena calon tersebut pernah populer sebagai artis walaupun calon tersebut tidak memiliki pengalaman politik yang cukup.

Pada titik ini saya tidak ingin mengupas masalah politik Indonesia. Tetapi yang penulis tekankan adalah, kondisi masyarakat dalam orientasi sosial-politik yang menurut penulis semakin tidak rasional. Hal tersebut merupakan akar dari kondisi sistem politik Indonesia saat ini yang membuat masyarakat semakin tidak rasional. Masyarakat tidak bisa lagi membedakan mana yang benar dan mana yang salah ketika perut dalam keadaan lapar. Poin penting saya adalah kita tidak dapat lagi mengandalkan masyarakat sebagai pendukung pergerakan mahasiswa. Bagaimana bisa memikirkan pergerakan mahasiswa, ketika perut dalam keadaan lapar. Hal tersebut jelas berbeda dengan kondisi dulu ketika pergerakan mahasiswa mendapat dukungan dari masyarakat. Saat ini justru, pergerakan mahasiswa berada pada titik yang rendah dalam pandangan masyarakat. Rendahnya pandangan masyarakat terhadap mahasiswa tidak hanya pada orang awam, tetapi ada juga mantan aktivis yang saat ini telah menjadi bagian secara langsung dengan masyarakat yang menilai rendah pergerakan mahasiswa. Seharusnya hal tersebut menjadi otokritik bagi pergerakan mahasiswa agar pergerakan mahasiswa menjadi lebih tajam dalam mengaspirasikan berbagai tuntutan masyarakat.

Kondisi pemerintah saat ini, dapat dikatakan telah salah orientasi. Hal tersebut dapat kita lihat dari berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang tidak jelas arahnya. Lebih dari itu, menurut saya, pemerintah saat ini adalah pemerintah patung yang sudah tuli dan buta terhadap berbagai kondisi real di masyarakat dan berbagai kritik yang datang dari masyarakat apalagi dari mahasiswa. Pemerintah sama sekali tidak merespon berbagai tuntutan mahasiswa yang ada. Kondisi pemerintah saat ini dapat saya katakan sebagai kondisi yang lambat laun akan menghancurkan pergerakan mahasiswa. Hal tersebut dikarenakan pergerakan mahasiswa selalu merasa berada di atas angin karena adanya kebebasan menyalurkan pendapat, namun selalu minim respon dari pemerintah. Dengan kata lain, dengan kondisi dimana mahasiswa dapat dengan mudah menyalurkan pendapat, namun minim respon dari pemerintah yang buta dan tuli membuat pergerakan mahasiswa seolah-olah berada pada garis yang tepat padahal pergerakan mahasiswa sudah salah sasaran karena menghadapi pemerintah yang buta dan tuli. Kalau boleh dibandingkan dengan masa orde baru, maka kondisi pemerintah saat itu lebih menguntungkan pergerakan mahasiswa. Hal tersebut karena pemerintah masih sakit hati ketika di kritik oleh mahasiswa walaupun keran pergerakan mahasiswa sangatlah minim. Walaupun pada akhirnya pemerintah merasa sakit hati dengan kritik mahasiswa yang berujung pada dihentikannya berbagai aktifitas mahasiswa, namun hal tersebut pada akhirnya akan membawa pergerakan mahasiswa kepada tujuan utama yaitu mengembalikan kebenaran. Kondisi tidak menguntungkan terjadi pada masa kini. Walaupun kita bisa saja dapat melakukan aksi masif sebesar mungkin dan kapan-pun dan dimana-pun, namun ketika pemerintahnya patung atau tuli, maka hal tersebut akan menjadi sia-sia. Kondisi tersebut jelas merugikan perkembangan pergerakan mahasiswa. Saya meramalkan bahwa ketika kondisi seperti ini terus terjadi dan pergerakan mahasiswa hanya menggunakan senjata “lama” maka kita tidak akan pernah menemukan jalan keluar permasalahan bangsa. Bahkan pergerakan mahasiswa akan habis termakan waktu dan pragmatisme neo-liberal.

Tidak ada komentar: