Powered By Blogger

welcome

welcome di website pribadi ALFI ASYURA
zwani.com myspace graphic comments




e-mail : alfi_aja1989@yahoo.co.id atau alfi.asyura@gmail.com
friendster : alfi89@gmail.com




anda boleh membaca blog ini dan mengcopy nya..selamat membaca..

Rabu, 04 Februari 2009

indenpendensi HMI


Watak independen HMI adalah sifat organisasi secara etis merupakan karakter dan kepribadian kader HMI. Implementasinya harus terwujud di dalam bentuk pola pikir, pola pikir dan pola laku setiap kader HMI baik dalam dinamika dirinya sebagai kader HMI maupun dalam melaksanakan “Hakekat dan Mission” organisasi HMI dalam kiprah hidup berorganisasi bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Watak independen HMI yang tercermin secara etis dalam pola pikir pola sikap dan pola laku setiap kader HMI akan membentuk “Independensi etis HMI”, sementara watak independen HMI yang teraktualisasi secara organisatoris di dalam kiprah organisasi HMI akan membentuk “Independensi organisatoris HMI”.
Independensi etis adalah sifat independensi secara etis yang pada hakekatnya merupakan sifat yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan. Fitrah tersebut membuat manusia berkeinginan suci dan secara kodrati cenderung pada kebenaran (hanief). Watak dan kepribadian kader sesuai dengan fitrahnya akan membuat kader HMI selalu setia pada hati nuraninya yang senantiasa memancarkan keinginan pada kebaikan, kesucian dan kebenaran adalah ALLAH SUBHANAHU WATA’ALA. Dengan demikian melaksanakan independensi etis bagi setiap kader HMI berarti pengaktualisasian dinamika berpikir dan bersikap dan berprilaku baik “hablumminallah” maupun dalam “hablumminannas” hanya tunduk dan patuh dengan kebenaran.
Aplikasi dari dinamika berpikir dan berprilaku secara keseluruhan merupakan watak azasi kader HMI dan teraktualisasi secara riil melalui, watak dan kepribadiaan serta sikap-sikap yang :
• Cenderung kepada kebenaran (hanief)
• Bebas terbuka dan merdeka
• Obyektif rasional dan kritis
• Progresif dan dinamis
• Demokratis, jujur dan adil
Independensi organisatoris adalah watak independensi HMI yang teraktualisasi secara organisasi di dalam kiprah dinamika HMI baik dalam kehidupan intern organisasi maupun dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.
Independensi organisatoris diartikan bahwa dalam keutuhan kehidupan nasional HMI secara organisatoris senantiasa melakukan partisipasi aktif, kontruktif, korektif dan konstitusional agar perjuangan bangsa dan segala usaha pembangunan demi mencapai cita-cita semakin hari semakin terwujud. Dalam melakukan partisipasi partisipasi aktif, kontruktif, korektif dan konstitusional tersebut secara organisasi HMI hanya tunduk serta komit pada prinsip-prinsip kebenaran dan obyektifitas.
Dalam melaksanakan dinamika organisasi, HMI secara organisatoris tidak pernah “committed” dengan kepentingan pihak manapun ataupun kelompok dan golongan maupun kecuali tunduk dan terikat pada kepentingan kebenaran dan obyektifitas kejujuran dan keadilan.
Agar secara organisatoris HMI dapat melakukan dan menjalankan prinsip-prinsip independensi organisatorisnya, maka HMI dituntut untuk mengembangkan “kepemimpinan kuantitatif” serta berjiwa independen sehingga perkembangan, pertumbuhan dan kebijaksanaan organisasi mampu diemban selaras dengan hakikat independensi HMI. Untuk itu HMI harus mampu menciptakan kondisi yang baik dan mantap bagi pertumbuhan dan perkembangan kualitas-kualitas kader HMI. Dalam rangka menjalin tegaknya “prinsip-prinsip independensi HMI” maka implementasi independensi HMI kepada anggota adalah sebagai berikut :
Anggota-anggota HMI terutama aktifitasnya dalam melaksanakan tugasnya harus tunduk kepada ketentuan-ketentuan organisasi serta membawa program perjuangan HMI. Oleh karena itu tidak diperkenankan melakukan kegiatan-kegiatan dengan membawa organisasi atas kehendak pihak luar manapun juga.
Mereka tidak dibenarkan mengadakan komitmen-komitmen dengan bentuk apapun dengan pihak luar HMI selain segala sesuatu yang telah diputuskan secara organisatoris.
Alumni HMI senantiasa diharapkan untuk aktif berjuang menruskan dan mengembangkan watak independensi etis dimanapun mereka berada dan berfungsi sesuai dengan minat dan potensi dalam rangka membawa hakikat dan mission HMI. Dan menganjurkan serta mendorong alumni untuk menyalurkan aspirasi kualitatifnya secara tepat dan melalui semua jalur pembaktian baik jalur organisasi profesional kewiraswastaan, lembaga-lembaga sosial, wadah aspirasi poilitik lembaga pemerintahan ataupun jalur-jalur lainnya yang semata-mata hanya karena hak dan tanggung jawabnya dalam rangka merealisir kehidupan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Dalam menjalankan garis independen HMI dengan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, pertimbangan HMI semata-mata adalah untuk memelihara mengembangkan anggota serta peranan HMI dalam rangka ikut bertanggung jawab terhadap negara dan bangsa. Karenanya menjadi dasar dan kriteria setiap sikap HMI semata-mata adalah kepentingan nasional bukan kepentingan golongan atau partai dan pihak penguasa sekalipun. Bersikap independen berarti sanggup berpikir dan berbuat sendiri dengan menempuh resiko. Ini adalah suatu konsekuensi atau sikap pemuda. Mahasiswa yang kritis terhadap masa kini dan kemampuan dirinya untuk sanggup mewarisi hari depan bangsa dan negara.
1. PERANAN INDEPENDENSI HMI DI MASA MENDATANG
Dalam suatu negara yang sedang berkembang seperti Indonesia ini maka tidak ada suatu investasi yang lebih besar dan lebih berarti dari pada investasi manusia (human investment). Sebagaimana dijelaskan dalam tafsir tujuan, bahwa investasi manusia kemudian akan dihasilkan HMI adalah manusia yang berkualitas ilmu dan iman yang mampu melaksanakan tugas-tugas manusia yang akan menjamin adanya suatu kehidupan yang sejahtera material dan spiritual adil makmur serta bahagia.
Fungsi kekaderan HMI dengan tujuan terbinanya manusia yang berilmu, beriman dan berperikemanusiaan seperti tersebut di atas maka setiap anggota HMI dimasa datang akan menduduki jabatan dan fungsi pimpinan yang sesuai dengan bakat dan profesinya.
Oleh karena itu hari depan HMI adalah luas dan gemilang sesuai status fungsi dan perannya dimasa kini dan masa mendatang menuntut kita pada masa kini untuk benar-benar dapat mempersiapkan diri dalam menyongsong hari depan HMI yang gemilang.
Dengan sifat dan garis independen yang menjadi watak organisasi berarti HMI harus mampu mencari, memilih dan menempuh jalan atas dasar keyakinan dan kebenaran. Maka konsekuensinya adalah bentuk aktifitas fungsionaris dan kader-kader HMI harus berkualitas sebagaimana digambarkan dalam kualitas insan cita HMI. Soal mutu dan kualitas adalan konsekuensi logis dalam garis independen HMI harus disadari oleh setiap pimpinan dan seluruh anggota-anggotanya adalah suatu modal dan dorongan yang besar untuk selalu meningkatkan mutu kader-kader HMI sehingga mampu berperan aktif pada masa yang akan datang.

AMR warna baru

Padang, Liputan
Musyawarah Besar (MUBES) sebagai forum tertinggi dalam pengambilan keputusan dan kebijakan tertinggi organisasi Pengurus Besar Asosiasi Mahasiswa ar-Rasuli (AMR) kembali dilakukan kemaren (17/1) untuk kali yang ke tujuh. MUBES ini dilaksanakan di sekeretariat PB AMR bertempat di Surau Tuo ar-Rasuli yang berlokasi di sarang gagak. AMR sendiri merupakan organisasi paguyuban mahasiswa alumni MTI Candung yang berdomisili di Padang.
Dalam sambutannya, ketua panitia melaporkan, karena banyaknya kendala teknis sehingga MUBES ini sudah beberapa kali ditunda, namun berkat semangat yang tinggi dan penuh keikhlasan serta dilandasi kecintaan pada AMR akhirnya acara ini dilaksanakan hari ini, walaupun panitia harus mencari dana sendiri.
Heri Surikno sebagai ketua umum AMR periode 2007-2008 dalam sambutannya mengatakan, latar belakang didirkannya AMR ini karena adanya konflik individual yang melanda mahasiswa yang notabene alumni MTI Candung. Untuk menyelesaikan konflik itu dan mencegahnya, maka dipandang perlu untuk membentuk sebuah komunitas. Komunitas inilah yang selanjutnya berkembang sampai hari ini yang dikenal dengan AMR.
Selanjutnya, Heri yang juga mantan ketua UKM teater IAIN IB ini menjelaskan bahwa landasan utama untuk membangun dan mengembangkan paguyuban ini adalah rasa cinta dan komunikasi. Rasa cinta terhadap organisasi sampai hari ini masih tertanam dengan baik di hati masing-masing anggota AMR. Namun yang menjadi permasalahan hari ini adalah adanya miss komunikasi antar sesama anggota dan pengurus bahkan sampai pada tinggkat senioir. Ini dapat dilihat dari konflik yang terjadi di tubuh AMR sekarang ini.
Acara MUBES dibuka secara resmi oleh Majelis Surau, yang pada kesempatan itu diwakili oleh Muhammad Shalihin, S.Ei. Shalihin lebih lanjut menjelaskan, sesuai dengan teori Karl Marx, konflik sebenarnya merupakan upaya untuk memperkuat integritas. Ini bisa tercapai ketika konflik itu mampu menjadi semangat perimbangan. Namun jika konflik itu tidak bisa dikelola dengan baik, maka konflik akan membawa ke arah dekontruksi.
Hal yang mengejutkan terjadi menjelang pleno I selesai, ketika akan menyepakati presidium sidang untuk pleno selanjutnya, slaah seorang peserta sidang menolak menjadi presidium sidang dengan alasan tidak merasa anggota AMR. Malahan ia mempertanyakan statusnya sendiri sebagai anggota AMR, karena selama ini dia tidak pernah mendapatkan perhatian dari pengurus AMR sendiri. Sampai-sampai mempertanyakan bagaimana aturan dalam AD/ART tentang keanggotaan. Setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya salah seorang Anggota Majelis Surau menjelasakan bahwa landasan utama keanggotaan AMR adalah ikatan emosional sebagai sesama alumni MTI Candung.

Laporan Pertangung Jawaban diterima
Dalam laporan pertanggung jawaaban pengurus AMR periode 2007-2008 yang disampaikan lansung oleh ketua umum, kendala utama dalam menjalankan roda organisasi adalah belum dirumuskannya dengan jelas AD/ART AMR. Sesuai dengan hasil MUBES VI tahun 2007 kemaren, telah disepakati untuk menyusun AD/ART AMR dengan membentuk panitia Ad Hoc. Setelah dibentuk, panitia Ad Hoc banyak menemukan kesulitan untuk merumuskan ASD/ART tersebut ditambah kekhawatiran mereka ketika AD/ART telah disusun, AMR akan terjebak olEh structural yang ada sehingga dapat menghilangkan hubungan emosional yang telah dibangun selama ini.
Tanpa adanya landasan yang jelas, pengurus PB meragukan akan adanya tumpang tindih wewenang dan pelaksanaan kegiatan antara PB dan Cabang, khususnya Cabang Padang. Dan begitu pula sebaliknya, pengurus AMR Cabang Padang juga beerpikiran seperti itu sehingga banyak kegiatan yang tidak terlaksana. Kendala lain yang ditemukan, dekrementasi Organition of Desire anggota PB AMR dan krisis orientasi organisasi. Dan juga masalah klasik pada hampir semua organisasi yaitu keterbatasan dana.
Tetapi hal itu tidak membuat pengurus patah semangat dan putus asa, hal ini terbukti banyaknya kegiatan yang berhasil diangkatkan, antara lain, Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Pesantren (LKMP) I dan II di MTI Candung, syukuran wisudsa dan penerbitan bulletin Kalam ar-Rasulli sebanyak 3 edisi. Dengan demikian laporan pertangung jawaban ini dapat diterima oleh seluruh peserta sidang.

AMR membuat format baru kepengurusan
Pada pleno III yang biasanya membentuk beberapa komisi untuk merumuskan rekomendasi, rancangan kegiatan untuk periode selanjutnya dan pembahasan AD/ART, namun pada kali ini peserta sidang sepakat untuk mencari format baru kepengurusan untuk menyelamatkan AMR yang sudah lama tenggelam dalam konflik internal. Untuk langkah pertama ditemukan semangat yang menjadi spirit dalam melanjutkan kepengurusan AMR yang baru. Semangat itu adalah semangat untuk menumbuhkan, memelihara, membesarkan, dan semangat untuk melakukan perubahan.
Semangat inilah yang pada gilirannya akan menjadi landasan utama dalam setiap langkah dan pelaksanaan kegiatan. Selain itu, semangat ini juga mampu untuk mengikat kembali hubungan emosional dan rasa cinta yang mulai pudar sejak adanya konflik internal. Dan juga sebagi tolak ukur berhasil dan tidaknya kepengurusan.
Format baru juga terdapat dalam struktur organisasi. Dalam struktur barunya, pengurus AMR terdiri dari 5 orang presidium dan beberapa orang badan pekerja. Presidium bertanggung jawab penuh untuk memenuhi setiap kebutuhan anggota dan untuk pelaksanaan teknis selanjutnya diserahkan pada badan pekerja. Alasan utama untuk merubah struktur kepengurusan adalah untuk mencairkan kembali kebekuan organisasi sesuia dengan semangat yang telah disepakati sebelumnya. Perubahan ini juga untuk mengajak kembali para senior untuk lansung berkecimpung membantu kegitan AMR.
Dalam pleno IV, terpilih 5 orang presidium yaitu Alfi Asyura, Al Muhammad Nur, Ahmad Fauzi, Zakir Ramadhan dan M. Arif. Sedangkan untuk Badan Bekerja ditentukan melalui rapat presidium. Presidium dipilih secara lansung dan rahasia, perserta sidang dipersilakan untuk memilih 5 orang untuk mennjadi presidium dan semua peserta mempunyai hak dipilih dan hak memilih yang sama.(A/Y)
Taken from: Rangcotto.blogspot.com written by:Arif Yandu,Mahasiswa IAIN IB Padang Fak.Ussuludiin